Senin, 27 April 2015

Fenomena Alay di Indonesia


Buka saja sosial media, apapun itu. Facebook, twitter, dkk. Maka akan anda temukan sebuah fenomena dalam tiap kata-kata yang ada. Bahasa ALAY!!!!. Banyak anak remaja yang mecurahkan isi hatinya dengan bahasa yang bisa dibilang aneh, nyentrik, bahkan tidak jarang menjurus kasar ini.
ALAY sendiri singkatan dari “anak layangan”. Seperti singkatanya arti kata itu adalah anak yang suka bermain dan merasa bebas dalam berekspresi.  Ciri-ciri bahasa alay adalah sebagai berikut :
1.      Saat menuliskan kata-kata huruf yang digunakan sangat tidak wajar.  Selalu diselingi dengan huruf besar kecil, angka, tanda baca yang awut-awutan dan perlu keahlian untuk membacanya
2.      Sering mencampur adukan bahasa asing ke dalam bahasa lokal dengan penempatan yang salah.
Sedangkan ciri-ciri anak alay adalah :
1.      Sering nongkrong di tempat ramai (yang cowok godain cewek, yang cewek godain cowok)
2.      Sering foto-foto di tempat umum (depan mall, depan poster, toilet mall, depan cermin di manapun itu, dll.)
3.      Gaya foto yang minta ampun. Dari atas agar terlihat keren, dari bawah, di deketin kamera, melet atau menjulurkan lidah agar terlihat imut, dll.
Contoh tulisan alay :
1.      Iya : ia, iyyach
2.      Kamu : kamuuh, kamoeech, amu, ammoech
3.      Aku : q, aq, akuh, aquuh
4.      Lucu : luccuuh. Lutdhuh,
5.      Maaf : muuph, maaph
6.      Apa : upphu, apha
7.      Lagi : agy, lagie, lgi, dll.
Contoh tulisan dengan bahasa alay :
1.      Amuee agy upphu ??
2.      Leh nal gugh ??
3.      Udtah maemh luum?
4.      Dan masih banyak lagi macamnya.
Bila fenomena ALAY tetap dibiarkan maka akan dikhawatirkan pada 10-20 tahun mendatang anak-anak muda akan lupa dengan tata bahasa indonesia sendiri.  Pada anak remaja ALAY memang identik dengan gaya hidup yang gaul. Memang pada dasarnya masa remaja adalah masa ingin tahu dan masa ikut-ikutan. Tapi tetap saja gaya hidup alay mempunyai dampak buruk yang akan muncul di masa depan.
Sedikit kajian dalam sudut antropologi, fenomena alay yang marak dalam kurun 2 tahun terakhir sebenarnya adalah hasil dari proses yang lama. Faktor ekonomi dan gaya hidup dalam dunia remaja sangat berkembang pesat. Fenomena ini adalah contoh stratifikasi sebuah kehidupan. Contoh pada kalangan anak orang kaya, kita dapat melihat bagaimana gaya hidup mereka, cara bergaul, bahasa, atau kendaraan yang dipakai. Sama halnya dengan anak alay. Kita dapat melihat bagaimana mereka berbicara, cara berpakaian, tempat berkumpul, dan lainya. Mereka mempunyai struktur ciri sendiri yang khas sebagai identias mereka dalam dunia sosial.
Sebuah eksistensi kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan individu melakukan berbagai cara agar dapat diperhatikan. Dalam fenomena alay, anak alay sering menggunakan pakaian yang mencolok dan gaya hidup yang nyentrik agar dapat diperhatikan.
Dalam sisi kognitif, gagasan whorf yang menyatakan bahwa individu dapat mempresentasikan 1 objek menjadi banyak pemahaman berdasarkan pengalaman agaknya juga menjadi penjelas dalam masalah bahasa alay. Anak alay mempunyai banyak kata untuk mempresentasikan suatu objek atau peristiwa.
Tulisan ini ditujukan untuk membahas fenomena alau dalam sudut pandang antropologi dan sedikit tentang kognitif. Fenomena alay meskipun mempunyai dampak buruk pada masa depan namun tetap saja fenomena ini adalah keunikan yang patut untuk dikaji lebih lanjut.

sumber :http://edukasi.kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar