Buka saja sosial media, apapun itu. Facebook,
twitter, dkk. Maka akan anda temukan sebuah fenomena dalam tiap
kata-kata yang ada. Bahasa ALAY!!!!. Banyak anak remaja yang mecurahkan
isi hatinya dengan bahasa yang bisa dibilang aneh, nyentrik, bahkan
tidak jarang menjurus kasar ini.
ALAY sendiri singkatan dari “anak layangan”. Seperti singkatanya arti
kata itu adalah anak yang suka bermain dan merasa bebas dalam
berekspresi. Ciri-ciri bahasa alay adalah sebagai berikut :
1. Saat menuliskan kata-kata huruf yang digunakan sangat tidak
wajar. Selalu diselingi dengan huruf besar kecil, angka, tanda baca
yang awut-awutan dan perlu keahlian untuk membacanya
2. Sering mencampur adukan bahasa asing ke dalam bahasa lokal dengan penempatan yang salah.
Sedangkan ciri-ciri anak alay adalah :
1. Sering nongkrong di tempat ramai (yang cowok godain cewek, yang cewek godain cowok)
2. Sering foto-foto di tempat umum (depan mall, depan poster, toilet mall, depan cermin di manapun itu, dll.)
3. Gaya foto yang minta ampun. Dari atas agar terlihat keren, dari
bawah, di deketin kamera, melet atau menjulurkan lidah agar terlihat
imut, dll.
Contoh tulisan alay :
1. Iya : ia, iyyach
2. Kamu : kamuuh, kamoeech, amu, ammoech
3. Aku : q, aq, akuh, aquuh
4. Lucu : luccuuh. Lutdhuh,
5. Maaf : muuph, maaph
6. Apa : upphu, apha
7. Lagi : agy, lagie, lgi, dll.
Contoh tulisan dengan bahasa alay :
1. Amuee agy upphu ??
2. Leh nal gugh ??
3. Udtah maemh luum?
4. Dan masih banyak lagi macamnya.
Bila fenomena ALAY tetap dibiarkan maka akan dikhawatirkan pada 10-20
tahun mendatang anak-anak muda akan lupa dengan tata bahasa indonesia
sendiri. Pada anak remaja ALAY memang identik dengan gaya hidup yang
gaul. Memang pada dasarnya masa remaja adalah masa ingin tahu dan masa
ikut-ikutan. Tapi tetap saja gaya hidup alay mempunyai dampak buruk yang
akan muncul di masa depan.
Sedikit kajian dalam sudut antropologi, fenomena alay yang marak dalam
kurun 2 tahun terakhir sebenarnya adalah hasil dari proses yang lama.
Faktor ekonomi dan gaya hidup dalam dunia remaja sangat berkembang
pesat. Fenomena ini adalah contoh stratifikasi sebuah kehidupan. Contoh
pada kalangan anak orang kaya, kita dapat melihat bagaimana gaya hidup
mereka, cara bergaul, bahasa, atau kendaraan yang dipakai. Sama halnya
dengan anak alay. Kita dapat melihat bagaimana mereka berbicara, cara
berpakaian, tempat berkumpul, dan lainya. Mereka mempunyai struktur ciri
sendiri yang khas sebagai identias mereka dalam dunia sosial.
Sebuah eksistensi kehidupan bermasyarakat yang menyebabkan individu
melakukan berbagai cara agar dapat diperhatikan. Dalam fenomena alay,
anak alay sering menggunakan pakaian yang mencolok dan gaya hidup yang
nyentrik agar dapat diperhatikan.
Dalam sisi kognitif, gagasan whorf yang menyatakan bahwa individu dapat
mempresentasikan 1 objek menjadi banyak pemahaman berdasarkan pengalaman
agaknya juga menjadi penjelas dalam masalah bahasa alay. Anak alay
mempunyai banyak kata untuk mempresentasikan suatu objek atau peristiwa.
Tulisan ini ditujukan untuk membahas fenomena alau dalam sudut pandang
antropologi dan sedikit tentang kognitif. Fenomena alay meskipun
mempunyai dampak buruk pada masa depan namun tetap saja fenomena ini
adalah keunikan yang patut untuk dikaji lebih lanjut.
sumber :http://edukasi.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar