Rabu, 22 April 2015

Vikinisasi sebagai Gejala Komunikasi Negatif


Vikinisasi sebagai Gejala Komunikasi Negatif
PENDAHULUAN
Nama Vicky Prasetya alias Hendrianto mendadak menjadi terkenal di seluruh dunia maya. Mantan tunangan seorang penyanyi dangdut Zaskia Gothic menjadi terkenal disebabkan konfrensi persnya diunggah ke situs video sharing Youtube. Tanpa ada beban sedikitpun, Vicky mengeluarkan tata bahasa gado-gadonya saat diwawancarai. Kata-kata seperti “kontroversi hati”, “konspirasi kemakmuran”,harmonisasi”, hingga “kudeta keinginan” bahasa inggris twenty nine my age dan lain sebagainya. Maka, tidak mengherankan jika di dunia maya bahkan di media massa cetak dan elektronik terutama televisi, nama Vicky banyak dibicarakan, dijadikan lelucon dan olok-olok .
Namun, tanpa disadari fenomena Vickynisasi seperti itu sudah lama terjadi dalam kehidupan kita. Hanya saja, kita tidak menyadari semua itu karena sudah terlalu terbiasa. Salah satu contohnya adalah, seperti yang pernah menjadi trend beberapa waktu yang lalu, penggunaan kata “secara” yang tidak pada tempatnya. Makna kata“secara” saat itu sempat berubah menjadi seperti kata “adalah”, sebagaimana sering diucapkan oleh mereka yang menyebut dirinya “anak gaul” (secara gue itu anak gaul gitu loch; secara kamu itu kan temanku dan lain sebagainya). Mereka yang lahir di dekade tahun 1960an dan 1970an dan tumbuh dewasa di era Orde Baru mungkin akrab dengan penggunaan kata “daripada” yang juga sebenarnya salah tempat. Namun, karena yang menggunakan adalah orang yang paling berkuasa saat itu, maka sepertinya tidak ada yang berani mengoreksi.
Fenomena-fenomena diatas menimbulkan efek negative untuk komunikasi kita dan penggunaan bahasa Indonesia yang baik benar yang sering dianjurkan saat kita mengenyam pendidikan mulai dari SD sampai sarjana bahkan saat kita berada di tempat kerja. Maka kelompok kami pun tertarik membahas mengenai VICKYNISASI “sebagai gejala komunikasi gaya baru” yang lebih banyak berefek negative daripada positif bagi budaya berbahasa kita.
                                      
PEMBAHASAN
A. VICKYNISASI sebagai gejala komunikasi gaya baru yang negatif
Susunan kalimat dalam bahasa kita, meskipun sebenarnya sudah memiliki bentuk baku, masih saja sering dipergunakan secara salah dan kurang efektif. Bahkan kesalahan-kesalahan tersebut masih bisa kita temukan dalam bahasa tulisan, yang seharusnya sudah melalui proses editing yang ketat sebelum diterbitkan.
Dalam konsep manusia Indonesia dewasa ini, bicara dengan gunakan kata terminologi asing  ialah sesuatu yang keren, intelek, dan berwibawa. Pemahaman ini mau tidak mau ada dan berkembang pesat dalam diri masyarakat Indonesia. Namun masalahnya jika digunakan pada kalimat yang salah maka akan membuat kesan intelek berubah menjadi sebaliknya. Dan hal ini akan membuat pergeseran makna kata tersebut.
Berikut ini adalah transkrip dari video konfrensi pers Vicky usai adakan pertunangan dengan Zaskia Gotik.
“DI usiaku saat ini… ya TWENTY NINE MY AGE, aku masih merindukan APRESIASI karena BASICALLY aku suka musik walaupun KONTROVERSI HATI-ku lebih menunjukkan KONSPIRASI KEMAKMURAN yang kita pilih, kita belajar pada HARMONISISASI pada hal yang terkecil sampai yang terbesar, ngga boleh ego terhadap satu kepentingan & MENGKUDETA apa yang menjadi keinginan. Ini bukan MEMPERTAKUT bukan MEMPERSURAM STATUTISASI KEMAKMURAN keluarga dia tetapi menjadi CONFIDENT. Kita harus bisa MENSIASATI KECERDASAN itu untuk LABIL EKONOMI kita lebih baik; aku sangat bangga.”
                                                                                                    
Melihat transkrip dari video konfrensi pers Vicky Prasetyo diatas maka bisa dilihat beberapa kata kata asing dan kata serapan juga bahasa Indonesia digunakan tidak sesuai dengan tempatnya sehingga maknanya jadi berubah bahkan terkesan tidak sesuai.
Inilah kehebohan sekaligus bencana besar terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar kedepannya, baik penulisan maupun pengucapan. Melihat dan menelaah lebih dalam bagaimana ucapan dan penulisan dari hasil transkrip video tersebut. Penulis beranggapan ini hal ini sangat berbahaya dan berpegaruh cukup besar, karena semakin lama kita fokus dengan “vikinisasi” maka kita akan makin terpengaruh dan terbiasa menggunakan bahasa yang salah itu walaupun sekedar untuk olok-olokan.
Karena Dalam Sistem komunikasi Indonesia Bahasa adalah budaya universal dengan asumsi dasar : komunikasi adalah proses budaya, pertukaran budaya antar per orangan, kelompok, massa . Dan budaya  merupakan keseluruhan gagasan & karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya (Koentjaraningrat :1997) . Jika vikinisasi berkembang menjadi komunikasi yang dibiasakan bukan tidak mungkin bisa menjadi budaya bahasa yang baru.
Namun pada kenyataannya media terus menjadikan kasus vikinisasi ini menjadi bahan berita mereka dan menyodorkannya pada penonton di Indonesia sebagai khalayak media. Kita akui juga vikinisasi ini sebagai sesuatu yang apabila orang mendengarnya akan membuat mereka akan tertawa.
Tetapi, dibalik itu semua ada tanggung jawab besar untuk kita, khususnya mahasiswa dan masyarakat Indonesia umumnya. Untuk dapat segera mungkin memberikan penjelasan bahwa penulisan dan ucapan Vicky pada video tersebut ialah salah . Jika berkaca pada pedoman pada kaedah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Bukankah, bahasa Indonesia salah satu alat pemersatu bangsa ? Apalagi bahasa Indonesia terbentuk melalui ikrar Sumpah Pemuda dengan segala perjuangan mereka yang harus kita hargai. Kita semua sepakat akan hal itu. Tetapi, ironis dewasa ini, bahasa Indonesia telah kehilangan marwah dan wibawanya di masyarakat dunia, jangan dulu bicara dunia. Untuk masyarakat Indonesia sendiri yang gunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara telah mempermalukan bahasanya sendiri dengan melecehkan kebakuan bahasa Indonesia.
 Berbicara dengan campur adukan bahasa Indonesia dan bahasa asing layaknya makanan gado-gado, mengadopsi kata-kata asing tidak pada posisi yang benar. Dan adanya pemahaman bagi mereka, bahwa indikasi besar untuk dikatakan sebagai manusia intelek dilihat dari apakah bahasa mereka dipahami atau tidak, jika tidak artinya mereka berhasil jadi seorang intelek dan sebaliknya
Dengan alasan diatas maka  kelompok kami menganggap vickynisasi berefek negative dan ALAY karena :
·         Menggunakan bahasa Indonesia tidak sesuai EYD
·         Menggunakan bahasa serapan yang bertujuan untuk sok intelek tapi tidak benar
·         Merusak kaedah bahasa Indonesia kita yang diwujudkan dengan perjuangan melalui ikrar sumpah Pemuda
·         Menggunakan bahasa asing yang salah
·         Membuat komunikan yang menerima pesan tidak paham apa maksud pesannya.
·         Tujuan komunikasi adalah peningkatan status sosial agar dianggap punya pendidikan tinggi dan status sosial yang disejajarkan dengan pengusaha-pengusa muda yang sukses
B.Pengaruh gaya bahasa vicky (vikinisasi)
                        
Fenomena Vicky punya pengaruh besar dalam mempengaruhi pemahaman dan implementasi masyarakat Indonesia tentang penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar kedepannya. Sebab, Vicky adalah tunangan dari zaskia gotik penyanyi dangdut yang sedang naik daun. Mereka berdua telah menjadi publik figur, disaat itu juga puluhan juta masyarakat Indonesia akan memperhatikan mereka dari ujung rambut hingga ujung kaki. Terutama tingkah laku seperti, gaya hidup. Dibantu lagi seringnya media massa yang terus- menerus memutarkan kembali video Vicky, menambah tersebarnya ‘virus-virus” Vicky.
Media massa dengan dahsyat dan giatnya saat ini sedang mendidik dan mengarahkan masyarakat Indonesia untuk berbicara dan menulis layaknya Vicky, inilah hal yang tidak pernah kita sadari. Sebenarnya, jika bahasa “Vickynisasi” tidak menjadi perhatian media. Penulis yakin, fenomena Vicky tidak akan punya pengaruh sebesar ini.
Berikut ini pencarian penulis bagaimana gaya bahasa Vicky (Vickynisasi) menjadi tren di berbagai kalangan masyarakat Indonesia sebagi dampak vickynisasi:
1.      Bahkan politikus terimbas oleh fenomena Vickynisasi seperti mantan ketua umum partai Demokrat, Anas Urbaningrum.
2.      Lalu Bergaya 'Vickynisasi', Wali Kota Makassar ditegur Hakim. http://news.okezone.com/read/2013/09/19/339/868559/bergaya-vickynisasi-wali-kota-makassar-ditegur-hakim
3.      Para nara pidana juga ikutan http://www.jpnn.com/read/2013/09/15/191029/Para-Napi-Tiru-Gaya-Bahasa-Vicky-
4.   Terbaru, heboh! Video Syahrini bicara ala Vicky http://hot.detik.com/read/2013/10/16/132345/2386931/230/heboh-video-syahrini-bicara-ala-vicky
Dan masih banyak lagi mereka yang terpengaruh akibat fenomena Vicky dan gaya bahasanya. Segelintir manusia yang hanya berikan perhatian pada dampak negatif terhadap eksistensi bahasa Indonesia kedepannya. Mereka hanya sibuk jadikan ini sebagai lelucon semata.
C. Peran media sebagai penyebar “vickynisasi”
Berikut pendapat Menko Polhukam, Djoko Suyanto tentang peranan media dalam membentuk opini publik.
Sindonews.com,http://nasional.sindonews.com/read/2013/02/27/12/722347/djoko-media-memiliki-peranan-penting-membangun-opini-publik
 “Media memiliki peran strategis dan kekuasaan dalam membentuk opini dan konstruksi yang beredar di masyarakat. Baik buruknya suatu negara dapat dilihat dari mana media menghasilkan sudut pandang,”.
“Kekuatan pers bisa membentuk kenyataan, realita yang ingin disampaikan, ditonjolkan, maupun yang disingkirkan,” tambahnya.
Kita berharap media tidak lagi bermain-main dengan kekuatan dan peran strategisnya dalam membentuk opini/persepsi masyarakat. Memilih dan memilah hal yang ingin disampaikan ke masyarakat umum.
Media massa dengan dahsyat dan giatnya saat ini sedang mendidik dan mengarahkan masyarakat Indonesia untuk berbicara dan menulis layaknya Vicky, inilah hal yang tidak pernah kita sadari
Video konfrensi pers Vicky jika terus menerus di tayangkan baik di televisi dan transkripnya ditulis di media cetak baik koran, majalah bahkan di dunia maya. Akan dapat membentuk opini/persepsi masyarakat tentang gaya bahasa, kosakata, dan penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Media punya kekuatan untuk bentuk opini/persepsi masyarakat, dan ciptakan tren baru di masyarakat. Buktinya saja, banyak masyarakat terutama kalangan remaja yang mulai ikut mempraktekkan penulisan dan pengucapan Vicky dalam video-video yang di unggah di situs youtube
Fenomena Vikcy tidak akan besar sebegitunya jika media tidak turut campur dalam pemberitaan Vikcy dan gaya bahasanya. Saat ini media membantu fenomena “Vickynisasi” dalam pembodohan kepada masyarakat Indonesia. Dan apabila yang dilakukan media saat ini terus berlanjut,  niscaya akan muncul “Vicky...Vicky” yang lain dan berikan dampak buruk pada kaedah penulisan dan pengucapan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
D. Dampak penggunaan bahasa “asing” terhadap bahasa kita
Bahasa sebagai bagian dari kebudayaan manusia bisa hilang. Paling terancam adalah bahasa yang digunakan di berbagai tempat terpencil di dunia.
Dalam zaman yang kian mengglobal, terhubung, dan homogen, bahasa yang dipakai di tempat terpencil tidak lagi terlindung oleh batas negara atau batas alam dari bahasa yang mendominasi dunia komunikasi dan perdagangan.
Dalam artikel Suara-Suara yang Sirna di National Geographic Indonesia edisi Juli 2012 disebutkan satu bahasa punah setiap 14 hari. Sebelum abad berganti, hampir setengah dari sekitar 7.000 bahasa yang dipakai di bumi mungkin akan punah, karena masyarakat mengganti bahasa ibunya dengan bahasa Inggris, Mandarin, atau Spanyol.
Data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, mayoritas kegagalan siswa SMA pada ujian nasional tahun ini ada pada Bahasa Indonesia dan Matematika. Mereka pelajar di sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, seperti ibu kota provinsi atau ibu kota kabupaten/kota.
"Kenapa Bahasa Indonesia dan Matematika, harus kami analisis lagi," kata Direktur Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Hamid Muhammad di Jakarta, Kamis (24/5).
                                                            PENUTUP
A. Kesimpulan
·         Gaya bahasa Vickynisasi berdampak negative terhadap EYD
·         Vickynisasi adalah gaya bahasa orang sok intelek
·         Media massa menjadi media utama yang ikut bertanggung jawab terhadap pembodohan bahasa dengan menyodorkan secara terus menerus bahasa vickynisasi
B. Saran                                              
·         Mencintai bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam mewujudkan cita-cita Ikrar Sumpah Pemuda
·         Menggunakan bahasa asing atau serapan hanya sebagai pendukung komunikasi namun harus tetap benar dan sesuai penempatannya
·         Media massa harus mendidik dan menggiring penontonnya agar berbahasa Indonesia yang baik dan benar dan tidak terpengaruh dengan efek negative bahasa-bahasa prokem atau alay seperti vikynisasi.
                                                 DAFTAR PUSTAKA
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/09/bahasa-asing-lunturkan-keberadaan-bahasa-indonesia
http://www.tribunnews.com/nasional/2013/09/15/anas-urbaningrum-memakai-gaya-bahasa-vicky-prasetyo
http://news.okezone.com/read/2013/09/19/339/868559/bergaya-vickynisasi-wali-kota-makassar-ditegur-hakim
http://www.jpnn.com/read/2013/09/15/191029/Para-Napi-Tiru-Gaya-Bahasa-Vicky-
http://hot.detik.com/read/2013/10/16/132345/2386931/230/heboh-video-syahrini-bicara-ala-vicky
http://nasional.sindonews.com/read/2013/02/27/12/722347/djoko-media-memiliki-peranan-penting-membangun-opini-publik

http://anjunofarofpki.blogspot.com/2013/10/media-bantu-fenomena-vickynisasi-dalam.html



sumber :http://erwinnababelscout.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar