sumber : reaksi.com
Kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat telah tertanam
di benak orang Indonesia sejak masih usia dini. Bagaimana tidak orang
tua secara tidak sadar mengajarkan cara membuang sampah yang tidak benar
kepada anak-anak mereka. Itu bisa dilihat dari cara mereka dengan
gampang melempar sebungkus sampah ke sungai atau di depan rumah yang
dianggap hal lumrah. Masyarakat kita secara umum mempunyai kesadaran
yang rendah dalam hal memikirkan konsekuensinya.
Parahnya lagi kebiasaan tersebut oleh sebagian besar masyarakat kita
tidak dianggap sebagai sesuatu yang salah. Sampah yang tertumpuk di
sungai akan menyumbat aliran air dan dengan hanya sedikit curah hujan
yang lebih tinggi dari biasanya atau air kiriman dari daerah yang lebih
tinggi, banjir sudah tidak bisa dielakan lagi. Yang disalahkan pasti
pemerintah yang tidak becus.
Kurangnya kesadaran untuk mendidik dan memberikan contoh adalah hal
yang perlu diperbaiki dan akan membutuhkan waktu yang lama supaya
kesadaraan akan kebersihan dapat terciptakan.
Kebiasaan untuk hidup sehat dan bersih tidak terlalu menjadi
prioritas masyarakat karena masih banyak hal-hal yang lebih penting
antara lain seperti memikirkan bagaimana menyediakan makanan sehari-hari
di atas meja atau lantai untuk keluarga, kesehatan, pendidikan, dan
lain sebagainya.
Menurut opini saya, orang kaya biasanya lebih bersih dan tidak
membuang sampah sembarangan (hanya) di rumah mereka. Masih banyak
kebiasaan orang kaya yang kalau udah di luar rumah atau lingkungan
mereka, tetap saja membuang sampah sembarangan. Tidak sedikit saya lihat
botol aqua kosong yang melayang keluar dari pintu kaca mobil di dalam
jalan tol.
Menjaga kebersihan di dalam mobil itu baik, tapi bisa kan kalau
sampah itu jangan dibuang keluar dari mobil yang sedang melaju di jalan
umum. Tidak salah kalau sediakan kantong sampah di dalam mobil, setelah
sampai di tempat tujuan kantong sampah tersebut bisa dibuang ke tempat
yang semestinya.
Yang menjadi pertanyaan kenapa sih orang yang punya mobil bisa jaga
kebersihan di dalam mobil mereka dan tidak begitu peduli dengan
kebersihan di jalan tol atau di jalan-jalan umum? Botol kosong yang
berterbangan tidak hanya akan membuat mata sakit kalau pas kita ada di
belakangan mobil mereka, tapi kemungkinan besar akan menyebabkan
kecelakaan lalu lintas.
Yang kita butuhkan itu adalah kesadaran diri untuk mau hidup sehat
dan bersih, bukan hidup bersih karena takut dikenai denda sama Jokowi.
Berapapun besarnya denda, tetap saja orang akan curi-curi untuk buang
sampah sembarangan, lagian kalau ketangkap, apakah dendanya akan masuk
ke Pemprov DKI? Ini akan membuka peluang baru untuk korupsi.
Pertanyaannya siapa yang akan menjadi petugas untuk melakukan denda terhadap orang yang membuang sampah sembarang?
Jika hanya mengandalkan petugas saja, saya rasa tidak akan terlalu
efektif karena berapa petugas yang harus ditempatkan di tempat-tempat
umum? Pembuangan sampah sembarangan itu tidak hanya di tempat umum saja,
tapi semuanya bermula dari lingkungan hidup sekitarnya.
Melibatkan masyarakat umum untuk membantu menjaga kebersihan di
lingkungan masing-masing secara umum akan lebih efektif dan efisien.
Masyarakat harus berani menegur orang-orang yang tidak bertanggung jawab
dengan membuat sampah sembarangan. Sering kali hal-hal seperti ini
tidak akan terjadi karena masyarakat meraka kalau negur orang yang
dikenal kan jadinya gak enak dan akan dimusihi, kalau negur orang yang
tidak dikenal malah akan terjadi percecokan atau malah terjadi
perkelahian.
Pemerintah Pemprov DKI dan Pusat harus secara rutin melakukan
kampanye dan sosialisasi kepada masyarakat untuk membuang sampah pada
tempatnya akan membuahkan hasil yang diinginkan.
Saya selalu ajarkan cara buang sampah yang benar terhadap anak-anak
saya baik di rumah atau di tempat umum. Di rumah, saya sediakan dua
jenis tong sampah, satu untuk pembuangan sampah organic dan satunya lagi
buat sampah yang bisa didaur ulang.
Pernah sekali saya bawa anak saya ke Indonesia, dia tanyain saya
kenapa sih ibu itu main lempar kantong sampah sembarangan? Saya
perhatikan dan memang benar sampah ada dimana-mana, yang absen dari situ
adalah tong sampah. Mungkin sebulan sekali atau kalau lagi punya
perasaan menyenangkan baru masyarakat mengumpulkan dan membakar
sampah-sampah yang ada di sekitar rumah mereka.
Masyarakat yang hidup di bantaran sungai akan dengan mudah membuang
sampah ke dalam sungai dari pada harus buang ke dalam tong sampah.
Kebiasaan ini telah dilakukan bertahun-tahun. Lagian tidak akan memakan
waktu banyak untuk melemparkan sekantong sampah ke sungai. Kekurangan
yang lain karena tidak tersedianya tong sampah yang cukup oleh
pemerintah dan adanya iuran sampah bulanan.
Bukan rahasia umum lagi kalau ada tanah kosong yang tidak ditempati,
dipenuhi oleh sampah-sampah. Biasanya masyarakat akan keluar
malam-malam, diam-diam atau cari waktu sepi untuk membuang sampah ke
tanah kosong tersebut. Jika satu orang lempar sampah disitu, orang lain
akan pada ikutan, dan tidak disadari tanah yang kosong sebelumnya telah
dipenuhin sampah se gunung, kemudian masalah bau sampah yang menyengat
akan mengikuti.
Harusnya Pemprov DKI atau pemerintah pusat menyediakan tong sampah
gratis untuk semua masyarakat yang tidak mampu dan masyarakat tidak
dipunggut biaya iuran sampah, dengan begitu sampah akan diambil pada
jadwal yang ditentukan.
Petugas kebersihan tahu betul rumah mana yang bayar iuran sampah dan
yang mana yang tidak, sehingga hanya mengambil sampah dari tempat-tempat
tertentu.
Pemerintah jangan hanya memberikan penghargaan untuk RT, kelurahan,
kecamatan, kabupaten, provinsi yang bersih saja, penghargaan ini harus
diberikan kepada individual yang berperan membuat lingkungan mereka
bersih dari sampah yang sebelumnya ada dimana-mana.
Marilah kita mulai hari ini setelah baca artikel ini, memperbaiki
kebiasaan buruk kita, dan mulailah membuang sampah pada tempatnya.
Artikel ini di tulis oleh Yanto Hung, Sekedar Opiniku @ reaksi.com, Kebebasan berpendapat dilindungi oleh negara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar